TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN,YAKNI TOKOH
PENDIDIKAN ISLAM.
BAB II
PEMBAHASAN
1.H. Ahmad
Dahlan (1869-1923)
Biografi K. H. Ahmad Dahlan:
- K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama kecilnya Muhammad Darwis, putra dari KH. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, khatib di masjid besar (Jami’) Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putrid Haji Ibrahim, seorang penghulu. [1]
- Pendidikan Muhammad Darwis mula-mula diberikan oleh ayahnya, sejak usia kanak-kanak. Setelah meningkat dewasa dipelajarinya ilmu fiqh kepada Kyai Haji Myhammad Saleh dan ilmu nahwu sharaf kepada Kyai Haji Muhsin.[2]
- Setelah ia menamatkan pendidikan dasarnya di suatu madrasah dalam bidang nahwu, fiqh dan tafsir di Yogyakarta, ia pergi ke Makkah pada tahun 1890 dan ia menuntut ilmu disana selama 1 tahun. Salah seorang gurunya ia Syeikh Ahmad Khatib. Sekitar tahun 1903 ia mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap disana selama 2 tahun.
- Sepulang dari Makkah yang pertama ia telah bertukar nama dengan Haji Ahmad Dahlan. Tiada berapa lama kemudian ia menikah dengan Siti Walidah putri Kyai Penghulu Haji Fadhil.
- Semenjak ayahnya wafat ia menggantikan kedudukan ayah dan diangkatlah oleh Sri Sultan menjadi khatib masjid besar Kauman Yogyakarta dan dianugrahi gelar Kathib Amin disamping jabatannya yang resmin itu, ia juga berdagang kain batik. Sambil berdagang, ia menyebarkan agama dengan mengajar dimana-mana. Beberapa kemudian ia naik haji untuk kedua kalinya (1903), kembali dari haji yang kedua inilah ia mendapat sebutan Kyai dari masyarakatnya, semenjak itu dimana-mana ia terkenal dengan nama Kyai Haji Ahmad Dahlan.[3]
- Pada tahun 1909 K.H. Ahmad Dahlan masuk Budi Utomo dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotannya. Dengan jalan ini ia berharap akan dapat akhirnya memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah, oleh sebab anggota-anggota Budi Utomo itu pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan juga di kantor-kantor pemerintah.[4]
- Organisasi Budi Utomo beliau masuki dan menjabat sebagai penasehat. Juga Partai Serikat Islam beliau masuk menjadi pengurusnya. Guru-guru pemerintah yang mengajar di Kweekschool (Sekolah Guru) beliau kenal baik-baik sehingga beliau dapat memberikan pelajaran agama di Kweekschool di luar jam sekolah. Selanjutnya guru-guru Kweekschool banyak beliau tarik di sekolah yang beliau dirikan.[5]
- Usaha dan Jasa-Jasa K. H. Ahmad Dahlan
- Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya.
- Mengajarkan dan menyiarkan agama dengan secara popular, bukan saja di pesantren, melainkan ia pergi ketempat-tempat lain seperti mendatangi berbagai golongan.
- Memberantas bid’ah-bid’ah dan khurafat serta adat istiadat yang bertentangan dengan agama Islam.
- Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912 M.[6]
- Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan
- Di bidang pendidikan, Ahmad Dahlan berusaha merombak sistem pendidikan Islam yang pada masa itu dikenal dengan “sistem pondok”, yang telah usang dan ketinggalan zaman. Sistem pendidikan itu kemudian diganti dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Lahirlah kemudian lembaga-lembaga pendidikan modern, yang memadukan antara ilmu-ilmu agama (Islam) dengan ilmu-ilmu modern.
- Sedangkan dalam bidang sosial kemasyarakatan, Ahmad Dahlan berusaha mendorong agar umat Islam tidak lagi hidup dengan alam “ego-sentrisme” dan “individualisme” yang mrngakibatkan timbulnya sikap sosial yang negatif. Untuk itu Dahlan berusaha menghidupkan kembali jiwa dan semangat gotong royong yang sudah menjadi karakter masyarakat asli Indonesia, yang didasarkan atas “kolektivisme” yang sehat, semanagt gotong royong, sikap sosial yang positif, dan sesuai dengan jiwa dan ajaran agama Islam.
- Ahmad Dahlan kemudian melangkah dengan nuansa Islam yang baru. Pikiran-pikiran pembaruan yang disampaikan lewat tablignya banyak memukau kalangan intelektual dan kaum terpelajar Islam di Indonesia. Tidak kurang para aktivis Boedi Oetomo ikut terpesona dan sering mengundang Ahmad Dahlan untuk memberikan ceramahnya.[7]
2.H. Hasyim
Asy’ari (1871-1947)
Biografi K.H. Hasyim Asy’ari:
- K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 M di Jombang Jawa Timur, mula-mula ia belajar agama Islam pada ayahnya sendiri Kyai Asy’ari. Kemudian ia belajar ke pondok pesantren di Purbolinggo, kemudian pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura, dan lain-lain.
- Waktu ia belajar di Siwalan Panji ( Sidoarjo) pada tahun 1891,Kyai Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkah lakunya yang baik dan sopan santunnya yang halus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnya ia dinikahkan kepada putrid Kyainya itu tang bernama Khadijah (tahun 1982). Tidak lama kemudian ia pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim selama 1 tahun, sedang istrinya meninggal dunia disana.
- Pada kunjungannya yang kedua ke Makkah ia bermukim selam 8 tahun untuk menuntut agama Islam dan bahasa Arab. Sepulang dari Makkah ia membuka pesantren untuk mengamalkan dan membuka ilmu pengetahuaanya, yaitu Pesantren Tebu Ireng di Jombang (pada tanggal 26 Rabiul Awal tahun 1899 M).[8]
- Jasa-Jasa K.H. Hasyim Asy’ari
- Selain daripada mengembangkan ilmu di Tebu Ireng ia juga turut membangunkan perkumpulan Nahdlatul Ulama, bahkan ia sebagai Syechul Akbar dalam perkumpulan itu. Selain daripada itu K.H. Hasyim Asy’ari duduk dalam pucuk pimpinan M.I.A.I. yang kemudian menjadi Masyumi.
- Begitu pula dengan gerakan pemuda dan kelasykaran, seperti: G.P.I.I., Muslimat, Hizbullah, Sabilillah, Barisan Mujahidin dan lain-lain ia menjadi penganjur dan penasehatnnya. Dalam gerakan tersebut beliau bukan saja mengorbankan buah pikirannya, tetapi juga harta bendannya.
- Sebagai ulama ia hidup dengan tidak mengaharapkan sedekah dan belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri, yaitu beberapa bidang sawah, hasil peniagaannya. Beliau seorah salih, sungguh beribadat, taat dan rendah hati. Ia tidak ingin pangkat dan kursi, baik di zaman Belanda, atau di zaman Jepang. Kerap kali beliau diberi pangkat dan kursi, tetapi ia menolak dengan bijaksana.[9]
- Pemikiran K. H. Hasyim Asy’ari
- Berkat pendidikan yang diperolehnya dari Timur Tengah, K.H. Hasyim Asy’ari menjadi tokoh Islam yang dapat berbicara dengan bahasa Arab dengan sangat lancar. Ia termasuk seorang pembicara yang sangat fasih dan dikenal sebagai sastrawan yang menonjol. Ia menyimpan kumpulan puisi dan sya’ir yang sering dibacakan sendiri dalam berbagai forum. Ia juga memiliki tulisan-tulisan berupa kumpulan fatwa yang sebagian besar belum diterbitkan.
- K.H. Hasyim Asy’ari juga merupakan sosok pengarang produktif yang telah menghasilkan banyak karya dalam bentuk buku.[10] Diantara karya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab adab al-alim wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum wa ma yataqaff al-muta’allim fi maqamat ta’limih yang dicetak pertama kali pada tahun 1451 H. Kitab tersebu terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta keutamaan mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid terhadap guru, etika murid terhadap pelajaran, etika yang harus dipedomani oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru terhadap murid-muridnya dan etika terhadap buku.[11]
3.Muhammad
Natsir
Biografi Muhammad Natsir:
- Muhammad Natsir dilahirkan pada 17 Juli 1908 dari pasangan Sutan Saripado dan Khadijah, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Ia lahir di sebuah kota sejuk Alahan Panjang, Sumatra Barat. Sebuah kota di daerah ujung barat kepulauan Indonesia yang memiliki etnis dan budaya yang unik dan menonjol yaitu budaya dan suku Minangkabau.[12]
- Natsir dibesarkan di tengah lingkungan keluarga yang sangat peduli terhadap pendidikan dan taat menjalankan ajaran agama. Ayahnya dalah seprang juru tulis konteler, kakeknya merupakan ulam terkemuka di daerah Minang. Sedangkan kebanyakan sanak keluarganya termasuk golongan berpendidilan yang banyak memiliki posisi jajaran aparat pemerintahan. Sssetelah tamat dari HIS dan Madrasah Diniyah, dengan memperoleh beasiswa, Natsir melanjutkan belajarnya ke MULO (Meer Unitgrebrig Lager Onderwijs) di Padang sampai tahun 1927.
- Disamping menekuni pelajaran umum di sekolah ini, ia tetap memanfaatkan waktu-waktunya untuk memperdalam pengetahuan agama, bahkan pada kesempatan itu pula Natsir mulai menyerap pemikiran-pemikiran keagamaan para tokoh pembaharu Islam di sana. Tetapi pengetahuan agamanya mulai terlihat berkembang setelah ia melanjutkan studi di Bandung. Usaha menekuni pengetahuan agama semakin menemukan titik cerah ketika Natsir bertemu dengan A. Hasan, seorang peniaga dari Pakistan yang memiliki keluasan wawasan tentang pemikiran-pemikiran Islam[13]
- Pemikiran Muhammad Natsir
- Pemikiran Beliau berbicara tentang beberapa komponen pendidikan yaitu :
- Tentang peran dan fungsi pendidikan, pendidikan harus mampu membimbing manusia mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani secara sempurna, menjadikan anak didik berakhlak mulia, membentuk manusia yang jujur dan benar, membawa manusia menjadi hamba Allah SWT.
- Tentang tujuan pendidikan Islam, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
- Tentang dasar pendidikan, tauhid harus dijadikan dasar pendidikan.
- Tentang ideologi dan pendekatan dalam pendidikan,konsep pendidikan integral, harmonis dan universal harus dia
- Tentang bahasa asing, bahwa bahas asing amat besar peranannya dalam mendukung kemajuan dan kecerdasan bangsa.[14]
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
- Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat penulis simpulkan bahwa,
tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesi sangat berpengaruh dan andil dalam
perkembangan sistem perkembangan Islam di Indonesia ini. Diantara tokoh-tokoh
yang berpengaruh besar terhadap sistem perkembangan Islam di Indonesia antara
lain: K.H. Ahmad Dahlan, K. H. Hasyim Asy’ari. Tentu saja disertai dengan
perjuangan yang tidak henti-hentinya dan tanpa pantang menyerah.
- Penutup
Sekian makalah yang dapat kami buat. Penulis sadari
tentang keterbatasan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan yang juga
berpengaruh terhadap pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
kepada pembaca yang budiman atas kekurangan yang jauh dari kesempurnaan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Sekian dan terimakasih.
- DAFTAR PUSTAKA
Departemen Penerangan RI. Siapa yang Tidak Tahu
Muhammadiyah. 1986. Jakarta: PT Gita Karya
Santosa, Kholid. Manusia Panggung Sejarah: Pemikiran
dan Geraakan Tokoh-Tokoh Islam. 2007. Bandung: Sega
Arsy.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta
Pusat: Mutiara Sumber Widya.
Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. 1986.
Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Dan Sarana PTAI.
[1] Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana PTAI,
1986), hlm. 201.
[2] Departemen Penerangan RI, Siapa
yang Tidak Tahu Muhammadiyah, (Jakarta: PT Gita Karya, 1986), hlm. 121.
[6] Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta Pusat: Mutiara Sumber Widya, 1995),
hlm. 267-268.
[7] Kholid O. Santosa, Manusia Panggung
Sejarah: Pemikiran dan Gerakan Tokoh-Tokoh Islam, (Bandung: Sega Arsy,
2007), hlm. 12-13.
Iklan
Report this ad
Report this ad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar